You must have JavaScript enabled in order to use this theme. Please enable JavaScript and then reload this page in order to continue.
Loading...
Logo Kalurahan Janten
Kalurahan Janten

Kap. Temon, Kab. Kulon Progo, Provinsi Di Yogyakarta

Selamat datang di website resmi Pemerintah Kalurahan Janten Kapanewon Temon Kabupaten Kulon Progo DIY 5564 Telp/WA 0853 0274 0029

Asal usul Dusun Tegalrejo

Administrator 05 September 2019 Dibaca 1.823 Kali

Dusun Tegalrejo ini  berada di Desa Janten dan merupakan salah satu dusun dari lima dusun yang ada di desa Janten, dusun Tegalrejo ini menjadi dusun satu kemudian dusun dua tegalsari, dusun tiga dusun Janten dusun empat yakni dusun Ndukuh dan dusun yang kelima adalah dusun jomboran. Dari semua lima dusun yang ada di desa Janten mempunyai cerita entah panjang lebar yang mengandung kisah kisah unik tersendiri, namun saya tidak akan menceritakan semua kisah yang ada di desa Janten, karena di setiap dusun mempunyai cerita religius dan cerita mistis tersendiri dan jika ingin menceritakan semua  dirasa sangat memerlukan banyak waktu dan sumber yang unik unik dan diakui bersama oleh masyarakat, dalam cerita ini saya hanya  akan menceritakan salah satu cerita dari dusun paling Majemuk, bisa dikatakan begitu, yakni Dusun Tegalrejo.

            Langsung saja, Ada cerita dari salah seorang warga dusun Tegalrejo, sebut saja Lik Agus, beliau bercerita mengenai beberapa hal-hal mistis yang ada di dusun Tegalrejo, lalu cerita mengenai siapa saja para tokoh dan sesepuh yang ada di desa Janten terutama di dusun Tegalrejo, kemudian merembet bercerita sebenarnya bagaimana dulu cikal bakal adanya dusun Tegalrejo? Dan mengapa ada istilah Ngongkek?

            Pada saat itu pada hari jum’at malam sabtu  selepas kumpul dari latian Ninting atau nabuh gamelan, lik agus tiba tiba membuka topik pembicaraan “ kenapa grup musik ini bisa dinamakan Kyai Kanjeng Kedung?”

             Mengapa grup musik gamelan yang ada di dusun  Tegalrejo dinamai Kyai Kanjeng Kedung, sebenarnya nama Kyai Kanjeng itu diambil dari nama Grup pengiring musik yang ada di acaranya CakNun, bahwasanya grup musik gamelan yang ada di Tegalrejo ini juga mengiringi musik yang sama seperti diacara caknun seperti Sholawat dan tembang tembang lainya, lalu karena mengiringi sholawat yang sama seperti acaranya CakNun maka dari itu namanya berporos menjadi Kyai Kanjeng. Lalu embel embel Kedung itu mengapa ada. Nah sebenarnya nama Kedung itu diambil dari sesepuh yang ada di dusun Tegalrejo, yakni Simbah Kedung, nama Kedung ini mencirikan bahwa grup musik ini berasal dari dusun Tegalrejo dan merupakan kearifan lokal yang dijiwai oleh setiap personilnya, jadi nama kyai kanjeng itu merupakan poros dari grup Sholawatnya mbah Nun dan nama Kedung merupakan ciri atau tepak dari dusun Tegalrejo.

            Merembet ke simbah Kedung, kalau tidak salah dengar simbah Kedung ini merupakan salahsatu dari putra Raja Brawijaya yang pergi ke daerah kulonprogo, karena saking bayaknya putra Raja Brawijaya ini sampai menyebar keberbagai daerah salah satunya di kecamatan Temon, setau dan sependengaran saya putranya menyebar di daerah Gunung Lanang yang ada di Pantai Congot, di Sindutan, di Glagah, di Kaligintung dan Tegalrejo, itu sependengaran saya, kemudian setiap putra dari Raja Brawijaya ini menetap dan melakukan peradaban di daerah daerah yang ia tinggali, seperti yang ada di Kaligintung yaitu Kyai Ageng Dalmudal yang merupakan salahsatu tokoh di daerah Kaligintung, kemudian mbah Kedung yang ada di dusun Tegalrejo juga merupakan tokoh di Tegalrejo pada zamannya, oleh karena itu makam simbah Kedung juga ada di dusun Tegalrejo.

            Kemudian setiap letak makam para tokoh ini jika di garis lurus akan membentuk sebuah garis, setau saya jika dari cerita tentang mbah Kedung, makamnya segaris lurus dengan puncak Gunung Kamal, dari Gunung Kamal digaris lurus tepat keselatan akan tepat di atas makam Mbah Kedung lalu keselatan melewati jalan depan Balai Desa Janten keselatan lagi sampai Pondok Pesantren Sirukem lurus keselatan lagi melewati Tanggalan dan keselatan lagi melewati jalan kalau dahulu adalah jalan kepantai Glagah jika lewat palihan, dan itu benar segaris lurus jika dilihat dari google maps, walaupun sekarang sudah berubah menjadi bandara. Kemudian jika dari puncak Gunung Kamal digaris lurus ke makam yang ada diGunung Lanang juga segaris lurus melewati makam yang ada di Sindutan. Lalu muncul mitos atau legenda jika di pantai Selatan yang segaris lurus dengan garis garis yang diceritakan sebelumnya tadi, di lepas pantai itu terdapat cekungan yang lebih dalam dari lepas pantai daerah lainya, maka dari itu jika banyak korban yang hanyut ke laut di daerah cekungan tadi. Lalu mengapa ada garis lurus disetiap makam para tokoh  tersebut jika di gabung gabungkan, ceritanya jika para putra Raja Brawijaya ini pergi dari kerajaan entah untuk berkelana atau bagaimana, lalu para bala tentara/pesuruhan dari Raja yang mencari para pangerannya itu lewat garis garis tadi, hehe jika secara rasional ini hanya cerita tentang babad, namun jika didalami akan mistis.

            Ganti redaksi, tentang asal asul dan cikal bakal dusun Tegalrejo atau Ngongkek, cerita ini cerita dari wo Rin sebutannya, kata Lik Agus. Kata ngongkek ini dahulunya dari kisah antara Nini dan Kiki yang sedang lewat daerah Tegalrejo sekarang ini, namun entah mengapa si Nini ini kecapekan lalu istirahat, mungkin karena saking capeknya jadi tidak mau pindah dari tempatnya istirahat, lalu si Nini ini ditinggal oleh Kiki, sampai disitu karena si Nini tidak beranjak anjak pergi, sehingga harus di engkuk-engkuk dan di ongkek-ongkek supaya beranjak. Nah ini merupakan legenda asal muasal adanya Ngongkek.

             Lain cerita dari judul di atas, namun masih mengenai babad, ini hanya kebetulan atau memang sengaja di munculkan, bahwa nama desa Kulur itu artinya diulur ulur mengalor atau kalau tidak salah dengar diukur ukur mengalor sampai pantai utara membelah pulau jawa. Pulau jawa dibagi menjadi dua, yakni yang sebelah Barat nama Pasar dan Pasarannya mengikuti nama-nama hari (Senin, Selasa sampai Minggu) contoh mulai dari pasar Kaligondang sampai pasar Senen di Jawa Barat sana, namun yang sebelah timur mengikuti nama-nama hari jawa (Pon, Wage, Kliwon, Legi, Pahing) contoh dari pasar Wates sampai Surabaya sana. Jika dilihat dalam Google Maps dan desa Kulur digaris lurus ke utara membelah pulau Jawa sampai Semarang akan membelah dua gunung yaitu tepat antara Gunung Sumbing dan dan Gunung Merbabu, Melewati gunung Ungaran. Kata lik Sumar mungkin pembagian ini ada kaitannya dengan penjajahan jaman kolonial.(S.Bagos.W)

Beri Komentar
Komentar baru terbit setelah disetujui oleh admin
CAPTCHA Image